Menolak untuk Tunduk ! Jendela Indonesia 66


(Ilustrasi KKO diambil dari  www.wikiwand.com)

 (Transisi sejarah dalam  Orde Lama–Baru)

Tahun 1966 bulan November para perwira Pro Sukarno di Divisi Brawijaya Jawa Timur  serta Kepolisian dan Angkatan Laut Jawa timur berencana menculik Sukarno selama kunjunganya yang direncanakan ke Jawa Timur, dengan maksud untuk mendesak Sukarno melawan Soeharto. Tetapi rencana mereka  tercium Sukarno menolak bekerjasama dalam suatu persengkolan yang akan menimbulkan perang saudara. Soeharto membatalkan kunjungan itu dan mulai membungkam perwira-perwira yang pro Sukarno dengan memberi mereka jabatan duta besar atau jabatan menguntungkan lainya.
Soharto kini melakukan langkah terakhirnya menuju kemenangan politiknya dalam negeri dan percaya  bahwa inilah saat yang paling tepat untuk menyingkirkan sang presiden tua.Dia menunjuk anggota parlemen (DPR-GR) untuk mengganti para anggota yang disingkirkan dan menggelar sidang MPRS pada bulan 1967. Di tengah rumor bahwa korps Marinir polisi dan Komando Brawijaya akan tetap mendukung Sukarno  serta 80.000 pasukan akan menduduki Jakarta. Pada tanggal 12 Maret MPRS menanggalkan semua kekuasaan dan gelar Sukarno serta mengangkat Suharto sebagai pejabat Presiden. Beragam ideologi Sukarno dinyatakan tidak lagi menjadi ideologi Negara yang direduksi menjadi Pancasila saja. Soeharto diberi kekuasaan untuk menentukan apakah Sukarno harus dibawa ke pengadilan tetapi dia tidak menuntut pendahulunya itu karena dia khawatir tindakan ini akan memobilisasi sisa pendukung Sukrano. Presiden pertama Indonesia secara de facto pensiun dengan status tahanan rumah dan diisolasi di Istana Bogor dia tetap berada di sana hingga wafatnya pada bulan Juni 1970, Soeharto menguasai politik Indonesia secara penuh.


Dikutip dari Mc Ricklef. 2008.hal (605). Sejarah Indonesia Modern.1200-2008. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta




Komentar

Postingan Populer