Optimalisasi Bimbingan “ Kecemasan “ oleh Konseling antara Harapan dan Kenyataan
Kejadian Bunuh diri yang menimpa siswa yang lulus dari Sekolah Lanjutan Pertama muncul dalam dua hari ini, baik pemicunya berupa dugaan tidak diterima di sekolah favorit disertai masalah keluarga dan tak selang waktu lama satu kasus menyusul dengan dugaan tidak dibelikan sepeda motor oleh kedua orang tua. Kedua remaja Belia yang merupakan warga kabupaten Blitar, EP (16) dan BI ( 15 ) iswa yang tengah duduk di sekolah menengah ini cukup menghebohkan dan terpaut satu hari. Kedua kejadian ini tak pelak Menjadi persoalan mendasar dan menggugah kembali pada pertanyaan, seberapakah efektifkah lembaga Bimbingan Konseling di Sekolah ? Apabila ingin dimunculkan banyak ragam pernyataan, apakah yang salah orang tua dalam berkomunikasi ? pola pengasuhannya ? nilai yang dianut sang anak dan cara mengendalikan kecemasan ? atau lembaga sekolah yang tidak optimal dalam memberikan tempat curahan hati ? Merefleksi rentetan kasus bunuh diri di kalangan