How tu use Keris to Killing

Relief pada Candi Penataran Blitar 

Masyarakat Jawa tentu akrab dengan istilah Keris senjata genggaman  mendarah daging menjadi bagian  dari tradisi masyarakat Jawa. Dan bahkan dalam acara mantenan dalang dan juga cara simbolis Keris menjadi benda simbolis dalam tiap upacara serta hajatan besar. Sedikit curhat bahkan ketika adik saya mantenanan (ups) saya disuruh mengenakan  oleh tukang  dekor wajah untuk memakai Keris walaupun toh bukan Keris asli ketika saya buka( hais.) Menurut  Kamus Bahasa Indonesia KBBI.web id Keris   senjata tajam bersarung, berujung tajam, dan bermata dua (bilahnya ada yang lurus, ada yang berkeluk- keluk) dalam wikipedia.com dinyatakan Sebagai senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah
Nagh sobat mojok   Keris sekarang bahkan menjadi buruan para kolekor dan bahkan menjadi semacam jimat yang harus dibawa dan disyahkn sifat mistisnya. Keris ditasbihkan menjadi identitas budaya bangsa Indoesia turutama Jawa. Keris sendiri menurut kamus bahasa Jawa  dalam Purwodarminto  (https://www.sastra.org/leksikon)  memiliki nama lain dasanama kêris : dhuwung, wangkingan, katga, curiga, suduk, sundhapa. Umumnya bentuk Keris memiliki panjang umumnya sekitar 40 cm dengan lekukan khas disebut luk  yang berjumlah  bilangan ganjil mulai 1,3, 5 luk 9 sampai 13.
Mahakarya made Mpu gandring  dikisahkan pula pada kisah fiksi berlatar sejarah  Sandiwara Radio Tutur Tinular  (nasihat atau petuah ) karya  S. Tirdjab yang kelak diproduksi ulang oleh genta buana dalam film serial dengan judul yang sama. Dalam kisahnya senjata  buatan  Mpu Ranubhaya yang ditempa di China  bukan made in china logh ya ( tapi dibawah tekanan dinasti Yuan) menghasilkan maha karya keris “ Nagapuspa”. Dengan ciri fisik sangat panjang kurang lebih dari 1 meter  dan juga efek kekuatan angin mampu  meluluh lantakan lawan tanding. Bahkan untuk menyamai keampuhan Nagapuspa harus didatengkan keris Mpu Gandring oleh Arya Kamandanu guna mengalahkan pendekar berwatak jahat mpu Tong Bajil.
Untuk urusan perkerisan  beberapa pejabat sering mengoleksi Keris tentunya saja kita tidak lepas dari Yang terhormat anggota DPR Fadli Zon yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia, mengklaim memiliki ribuan Keris  yang tersimpan rapi di perpustakaan pribadinya (http://nasional.republika.co.id  25 November 2017). Nama lain yang  muncul  adalah Joko Susiilo mantan Jendral polisi yang tersandung kasus korupsi  memiliki Keris yang perkiraan sejumlahnya 200 buah yang nilainya bisa ditaksir milyaran Rupiah   ( tempo, 3 maret 2013). Kisah benda tajam ini   yang dipotret secara visual  tatakala  Pangeran Dioponegoro yang menunggang kuda dan  berselimpang  keris badannya yang menujukkan  representasi perang dan juga meneguhkan lambang keberanian orang Jawa. Perang perlawanan terhadap kumpeni alias  Pemerintahan kerajaan Belanda  ini  juga tak lepas dari ketajaman pena  karya Chairil Anwar  dengan mencatumkan dua benda tajam dalam perang yang salah satunya adalah “Keris”
Pedang di kanan, Keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Keris yang asal muasalnya menjadi penelitian  yang masih menarik ini pastinya kapan hal ini lahir dan kapan digunakan trus kira kira sebagi senjata tikam serta menjadi ritual simblis kapan dan caranya bagaiamana menggunakanya?  Masih menjadi topik belajar yang tidak ada habisnya untuk diugemi sebagai orang jawa.
Namun  dibalik  sebgai identitas budaya dan juga  sejarahnya. Keris memiliki fungsi asli sebagai senjata tikam. Tutorialnya penggunaan praktis keris   ada dalam kisah berikut ini.  Narasi  sejarah pernah mengulas dalam sumber Pararaton yang konon Keris sakti dan legendaris di sejarah Nusantara adalah made in Mpu Gandring dan untungnya bukan pernyataan  terang dalam dialog Film  126 Hours yang gagal memotong tanganya dengan  pisau lipat.  Mpu Gandring yang konon  sakti mandra  guna  dimintai tolong oleh Ken Angrok yang waktu itu masih menjadi abdi di Tumapel. Entah digunakan untuk apa ken Agnrok minta deadline produksi Keris kepada  sang empu. “ pokoke sampayan gekne benda sakti mandraguno tanpo tanding ” Sang  Empu berpesan untuk tidak gegabah  mengambilnya karena Keris ini bukan merupakan Sajam biasa. (Keris merupakan senjata tradisional dan butuh ketrampilan teknik percampuran  dan beragam jenis logam)  Entah dirasuki setan apa Ken Angrok memilki kehendak yang tak terbendung, mengambil paksa Keris hingga terjadi percek cokan maka bilah  Keris yang dikatakan setengah jadi  disita langsung, hingga berujung Nyawa sang Empu tragis tewas di tangan senjata  buatannya. Walhasil karena ini bukan benda tumpul biasa maka nyawa tak terselamatkan. Karena dinilai melanggar pantangan dan juga mengandung paksaan,  sebelum meninggal maka sang Empu berwasiat “ jeder “ mengutuk Ken angrok akan mati dan juga kelak  Keris membalaskan dendam sampai tujuh turunan. Wao dan ini  adalah kisah yang selalu dipelajari anak, SMP, SMA sederajat,  mahasiwa sejarah “ Keris bukan sekedar  benda tumpul biasa tapi bisa membunuh jenderal “
Dan cerita terus berlanjut bro,, Ken Angrok  merencanakan untuk membunuh pesaing utamanya yaitu Tunggul amteung dengan menggunakan hasil karya Mpu Gandring. Namun hal ini butuh siasat jitu yaitu menggunakan iklan gratis  keris dengan memperdayai dan memamcing  Kebo Ijo  untuk memakaianya. Diam diam Ken Angrok mengeksekusi pimpinan Tumapel dengan Keris dan tamatlah riwayat Tunggul Ametung dengan meninggalkan janda  konon cantik jelita di jamanya Ken Dedes. Usai pembununuhan faktanya “ jrenge–jreng Keris yang tengah tertancap di tubuh Ametung adalah Keris yang biasa ditenteng pameran ngalor ngidul oleh  Kebo Ijo “ dan  Ken Angrok membunuh Kebo Ijo karena bukti  kasat mata langsung mengarah padanya. Dan tanpa pengadilan kisah lembut “Nabok nyeleh tangan “berhasil mengantarkan Ken Angrok menjadi peguasa Tumapel.  Ken Angrok berhasil naik tahta Tumapel  setelah menmbunuh Tunggul Ametung lewat tangan Kebo Ijo  dengan meminjamkan Keris itu tanpa agunan untuk digunakan keseharian, hingga Keris itu  berhasil dicuri dan ditancapkan langsung pada  tubuh Tunggul Ametung. Bonusnya  Sang Penguasa ini yang kelak bergelar   Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi berhasil pula  merebut tubuh dan hati Ken Dedes yang dipercaya bisa menurunkan orang orang besar  melalui Rahimnya. Ken Angrok bertransformers menjadi ksatria tanpa Tanding berwatak baik berkepribadian ganda  hingga ia menaklukkan penguasa Kertajaya kerajaan Kadiri dan menjadi Raja Singhasari.
Kiat kiat mencari celah  “ Leno Pangendamu  dik ! “
 Namun kutukan Keris ini tak tinggal diam,  Ken Angrok  yang sudah  menikmati puncak karier menjadi Raja dan beristri cantik  meninggal  di tangan Anusapati yang konon ditikan dengan Keris made in Mpu gandring, Jangan Lupa Anusapati merupakan anak hubungan cinta Ken Dendes dan Tunggul Ametung. Anusapati yang naik tahta pun akhirnya berujung sama ketika menghabiskan hobi bermain jago kluruk  alias “adu Jago “ mengalami nasib naas  ditusuk dengan Keris oleh suruhan Tohjaya. Dan sepeninggal  Anusapati, Tohjaya naik tahta menggantikanya. Tohjaya  diduga kuat  merupakan tersangka utama hal ini karena dia merupakan anak Dari Ken Angrok dan Ken Umang
Nasib sukses menjadi raja  ini  juga tidak terlalu lama, karena intrik yang  terus berlanjut  di istana Singhasari, Tohjaya  akhirnya tewas secara  naas sakibat persongkolan yang terbongkar karena hendak membunuh  Ranggawuni dan Mahisa Cempaka sebagai pesaingnya. Namun intrik ini berbalik arah  dan nyatanya blunder hingga Tohjaya meregang nyawa  akibat orang kepercayaan balik mendukung Ranggawuni cs dan menyerang balik juraganya. Namun kali ini tidak pakai Keris tapi pakai tombak,  namun pembunuhan ini riil terjadi dan  mitos kutukan Keris masih menyimpan dendam tak terbantahkan.  
Lalu apa  makna moral dibalik kisah  ini ?
Keris sebagai alat perlambang keberanian dan juga alat bela diri menjadi peran ganda. Mirip kisah Kenshin Himura yang pensiun dini dari membunuh “ Pedang adalah alat untuk membunuh begitu pula Keris. Tinggal bagaimana hasrat manusia untuk tidak menggunakan secara membabi buta. Apalagi toh kisah ini menjadi sejarah orang-orang orang besar yang mempunyai kekuasaan besar di jamanya. Lengkap sudah bahwa Pria, keris, kekuasan dan juga kisah roman merupakan kisah yang hampir sama seperi kisah Paris dan Helena. Sama romatisnya kadang berujung tragis  berakhir dengan perang serta kekerasan. “ Bahwa Politik dan sejata tikam ini digunakan ketika lawan kurang waspada “ jadi waspadalah
Apalagi kisah persaingan dan  pembunuhan antara Tohjaya VS  Anusapati menjadi novel yang layak dibaca dalam kisah Dua Naga dalam Satu Sarung eh Sarang  karya  SH Mintarja. Setidaknya kisah persaingan politik dan Keris dengan gambaran kisah persaingan dua  calon kuat  penguasa Singhasari   semacam  memberikan sedikit  gambaran singkat angan angan bloon saya   seperti keadaan menjelang pilpres yang tengah  hangat  kuku dan menuju panas  yang tengah digelar  satu tahun mendatang, apakah head to head calon  Presiden dan Wapres yang  masing PASLON mengklaim bisa mensejahterakan rakyat  dengan caranya masing masing.
Dengan  demikian menjadi pria itu tidak hanya pintar bela diri alias mempertahankan namun jugta menahan diri kapan senjata ini digunakan. Karena penyalahgunaan  kekuasaan   adalah sebagian kecil dinamika   kisah klasik  berupa perebutan sekaligus perang yang timbul tenggelam dalam sejarah Indoensia.  Kendurnya kewasapadaan  lawan adalah celah dimana Keris dapat diguanakan dalam perang dan juga meraih kekuasaan, Eits ! tetapi jangan lupa kisah Ken Agrok dan Ken Dedes dengan Keris menyisakan kisah Cinta tiada tara    “Walapun engkau bersuami seorang Penguasa Tumapel yang tampanpun dan sakti, aku berjanji akan merebutmu Sayangku  !” tetap menjadi bumbu yang menarik dalam kisah yang dinarasikan di pelajaran sejarah   Sekali lagi  “inilah kekuatan  Cinta men  ! Cinta.


Komentar

Postingan Populer