Hiruk pikuk ujian Kompetensi di hadapan anak SMK !
Biar tidak salah tuduh sebagian oknum anak SMK.
Tidak saja hantu hantu Mbah jenggot dan gerakan kuminis yang ditakuti oleh banyak pihak
terutama Mamah Rica Dan sekutunya di kala perang dingin menerjang berbagai belahan dunia. Bagi siswa di SMK pelajaran
matematika adalah hantu menakutkan dan
komplitnya amat sangat membosankan. Tidak perlu ditakut takuti lewat majalah Hidayah atau harus nonton reality show
karmun disalah satu televisi nasional. Namun
pertanyaan tentang bagian kecil dari kisah matematika ini diulas oleh ujian
akhir di Sekolah Menengah Kejuruan bernama “Ujian Kompetensi Pendekar “ Hal
yang paling sering termuat dalam otak
remaja SMK saat letih mendera muncul jawaban ajaib “wes pak aku do ra mudeng”.
Paling pol yang paling dibayangkan anak–anak SMK khususnya mekanik adalah
kerja itu ndak perlu menghitung yang pasti ada mur dan baut apa lagi yang punya
minat jurusan mesin ato utik–utik sepeda motor biar mirip sang penunggang kuda
besi Valentino Rossi. Tinggal bongkar lalu pasang asal mesin hidup
plus banter selesai perkara menang
balapan tanpa helm dan tepuk tangan ditambah banyu Londo.
Yang paling spot jantung dag dig dug ketika berlangsungnya UKK ( ujian
kompetensi ) para Guru teknik harus menyembur dan sekaligus mempraktikkan suara towa alias vokal tinggi jika berhubungan
dengan matematika.
ngomong matematika lah yang paling sederhana prosentase itu pun kadang
siswa gelagepan. Plus membaca avo meter dan juga tegangan yang dihasilkan.
Belum lagfi teriakan “ takono guru matematika 0, 2 cm karo 0,20 cm
dowo seng endi ? tak enteni ng kene tak kei wektu. “
Apa sih susahnya matematika dasar ?
Konon katanya Matematika itu hal yang paling dibutuhkan. Pada suatu
momen penguji dari bengkel luar sempat tersenyum kecut “ Guru disini sabar yah
“ melihat tingkah polah siswa yang mirip (kethek kethulup ) saat tak tahu
menjawab hitungan soal voltase baterai dan tegangan yang dibutuhkan untuk mengecharge sebuah baterai.
Ini hanya kisah kecil dari sebuah SMK di Indoenesia bagian selatan
sebelah utara terpencil di Jawa timur. Saya membayangkan apalagi ini siswa SMK
entah jurusan apapun yang ada di luar
pulau yang ada kadang jauh dari hingar bingar teknologi yang bernama Android. Yang
katanya alat ajaib ini tidak sekedar melampiaskan syahwat foto di media sosial
dan dapat digunakan sebagai sumber
belajar.
Cita cita dan
esensi pendidikan Nasional nan mulia mencetak manusia tanpa krowak
Potret pengabdian guru
yang kadang dinilai banyak orang dan santai karena siswa libur guru juga libur . Sebenarnya dibelakang
layar mumetnya bukan main, apalagi yang
bergerak pada bidang kejuruan. Entah juru parkir atau juru teknik. Bahkan
ada pula low profile guru-guru sakti pengabdi yang dengan hati rela mirip tentara
milisi menunggu murid remedial sebuah praktik kompetensi sampai menjelang malam
hari. Tujuan mereka sederhananya Agar
siswa paham logika berfikir. Kenyataanya memang akan mengaji (mengarang biji) karena tuntutan sistem seabrek dan kurikulum
yang berganti ganti kulit sedangkan kemampuan siswa yang realitasnya pas -pasan.
Namun yang paling inti adalah logika berfikir. Banyak yang bilang ini salah kaprah
soal pendidikan terutama peminatan bakat
dan karier di jenjang sebelumnya Sekolah Menengah Pertama. Ada pula yang
memaafkan “ alah ben mas lek gak ngono
bocahe yo gak sekolah”. Dugaan yang kuat
opini yang terjadi “ Ada yang putus dari pendidikan semasa PAUD, TK, SD,
SMP sampek jenjang tinggi SMA, MAN ato SMK . “
Tapi di Sebagian kampung di Jawa dengan kondisi ala kadarnya alias
miskin struktural, masih ada beberapa
anggapan orang tua terkait sekolah “ wes pak anakku gelem sekolah ae kuwi apik
ndak perlu aneh –aneh wae cukup. “ cus
situ realita men !
Memang ada pula murid yang rajin dan pintar untuk menguraikan jawaban
dari berondongan pertanyaan dari sang
guru. Pertanyaan lagi ” eh ha nanging apakah jumlahnya akan besar/ banyak bebek dan meri ?. Memang tidak semua diputusi sendiri atas nama
dugaan. Di mata Sekolah pokoke kowe gelem
mbaleni praktik bahkan sampai
selepas Maghrib dan sedikit paham itu cukup bagus. Yang paling ngelus dada “ Sampun pak kulo pasrah mawon lek menawi
mboten lulus “ antara kalah gedag ,
ngowel atau lugu jawaban ini terlalu
naïf jika dihakimi.
Halah mben yo kerjo isok sembarang sekolah duwur dan
pinter yo rak isok marai sugih apalagi jadi mekanik yang handal jepit. Urip kuwi yo isok dinikmati mboh Dodol Tahu, loper Koran kek, bukak angkringan,
ngingu wedus, kerjo luar negeri kuwi jugak gak butuh matematika seng jlimet
banget “
Yang penting nawaitu hari ini “Pikir Keri “mirip lagu dangdut yang dipopulerkan
Mega bintang Nella Karisma disukai telinga orang jawa pada umumnya.
Masalah ujian Anak SMK pasti bisa sesuai dengan jargonnya “ SMK Bisa “ . Mungkin saya perlu pinjem Bayu
skakmat dengan film yang katanya netizen
dan tulisan saya sendiri yang merasa sempurna karena mendapat amanat wahyu
tertinggi bersifat primordial alias Tidak Nasionalis “ Y o wes ben “
Komentar
Posting Komentar